Kamis, 08 November 2012

Cara Menangkal Serangan Santet Menurut Hukum Fisika

Santet, teluh, sihir atau apapun namanya adalah energi negatif yang mampu merusak kehidupan seseorang, berupa terkena penyakit, kehancuran rumah tangga hingga sampai kematian.
Berbagai penyelidikan pun telah banyak dilakukan ilmuwan terhadap fenomena santet dan sejenisnya. Tentu metode penelitian para ilmuwan agak berbeda dengan agamawan.
Jika para agamawan memakai rujukan dalil-dalil kitab suci (ayat kitabiyah), maka para ilmuwan menggunakan ayat kauniyah (alam semesta) untuk menyelidiki santet ini.
Penyelidikan yang menggunakan ayat kauniyah tentunya harus memiliki metode yang sifatnya ilmiah, mulai dari mencari kasus-kasus santet, tipe-tipe santet, gejala, akibat dan sebagainya.
Lalu kemudian dilakukan berbagai eksperimen untuk penyembuhannya. Salah satu kesimpulan / pendapat yang mengemuka adalah santet itu sebenarnya adalah energi. Kenapa dalam kasus santet bisa masuk paku, kalajengking, penggorengan, dan lainnya, bisa dijelaskan melalui proses materialisasi energi.
Nah, santet dan mahluk halus itu ternyata energi yang bermuatan (-). Bumipun ternyata memiliki muatan (-). Dalam hukum C Coulomb dikatakan bahwa muatan yang senama akan saling tolak menolak dan muatan yang tidak senama justru akan tarik menarik. Rumusnya :
F = K * ((Q1*Q2)/R^2)
F = gaya tarik menarik
K = Konstanta
Q1, Q2 = muatan
R = jarak
Nah karena demit alias mahluk halus dan bumi itu sama-sama bermuatan (-) makanya para demit itu tidaklah menyentuh bumi.
Orang tua jaman dulu juga sering mengingatkan jika bicara dengan orang yang tidak dikenal pada malam hari maka lihatlah apakah kakinya menapak ke bumi atau tidak. Jika tidak, maka ia berarti golongan mahluk halus.
Begitu juga dengan santet yang ternyata bermuatan (-), maka secara fisika bisa ditanggulangi atau ditangkal dengan hukum C Coulomb ini.
Disini kita tidak membahas metode melawan santet dengan zikir karena sudah banyak dibahas tapi kita akan mencoba menawarkan alternatif lainnya yang bisa bersifat “standalone” (untuk non muslim) maupun digabungkan dengan zikir (untuk muslim).
Beberapa Metodenya :
1. Tidurlah di lantai yang langsung menyentuh bumi.
Boleh gunakan alas tidur asal tidak lebih dari 15 Cm. Dengan tidur di lantai maka santet kesulitan masuk karena terhalang muatan (-) dari bumi.
2. Membuat alat elektronik yang mampu memancarkan gelombang bermuatan (-).
Mahluk halus, jin, santet, dll akan menjauh jika terkena getaran alat ini. Tapi kelemahan alat ini tidak mampu mendeteksi mahluk baik dan jahat.
Jadi, alat ini akan “menghajar” mahluk apa saja. Jika ada jin baik dan jin jahat maka keduanya akan “diusir” juga.
3. Menanam pohon atau tanaman yang memiliki muatan (-).
Bagi yang peka spiritual, aura tanaman ini adalah terasa “dingin”. Pohon yang memiliki muatan (-) diantaranya : dadap, pacar air, kelor, bambu kuning dll.
Tanaman sejenis ini paling tidak disukai mahluk halus. Biasanya tanaman bermuatan (-) ini tidaklah mencengkram terlalu kuat di tanah (bumi) dibandingkan dengan tanaman bermuatan (+)
Lain halnya dengan pohon yang memiliki muatan (+) seperti pohon asem, beringin, belimbing, kemuning, alas randu, dll maka phohon sejenis ini tentu akan menarik mahluk halus dan seringkali dijadikan tempat tinggal.
Hal ini dikarenakan ada gaya tarik menarik antara pohon (+) dan mahluk halus (-) sesuai hukum C Coulomb.
Terlepas dari berhasil atau tidaknya cara-cara di atas, semuanya pasti akan kembali bergantung pada Kekuasaan Tuhan Sang Pencipta.
Cara yang paling ampuh untuk menangkal segala hal buruk yang ada di sekeliling kita adalah tetap berserah dan mendekatkan diri kepada-Nya sembari mengharapkan perlindungan-Nya.
Sumber :
kaskus.us

Bagaimana cara menolak/menangkal Santet!

BACA SELENGKAPNYA »»  

Pengertian Filsafat

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:
Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
  1. Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
  2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
  3. Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
  4. Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Minggu, 28 Oktober 2012

Sombong: Mewarisi Sifat Iblis

Disadari ataupun tidak, sering atau jarang, banyak atau sedikit, sikap sombong kadang menghinggapi kalbu seorang Muslim. Tak sedikit Muslim yang menyombongkan diri-atau paling tidak merasa bangga-karena kegantengan/kecantikan fisiknya, kecerdasan otaknya, kebaikan keturunannya atau keberlimpahan hartanya. Mereka lupa bahwa semua itu bukan miliknya, tetapi milik Allah SWT yang kebetulan Dia titipkan kepada dirinya. Tentu aneh kalau orang merasa bangga dan menyombongkan diri atas milik Allah SWT yang kebetulan Allah titipkan kepada dirinya. Sama anehnya saat orang membanggakan diri dan bersikap sombong atas milik orang lain-misal: rumah, mobil, perhiasan, uang atau harta lain-yang kebetulan dititipkan kepada dirinya. Persis seperti tukang parkir yang merasa bangga dan menyombongkan diri saat banyak orang menitipkan mobilnya-termasuk mobil-mobil mahal dan mewah-kepada dirinya di tempat parkir mobil yang juga bukan miliknya.Karena itu, sikap sombong dan membanggakan diri adalah sikap yang diharamkan Allah SWT. Allah SWT berfirman (yang artinya): Janganlah kalian berjalan di muka bumi dengan penuh kesombongan (TQS al-Isra’ [17]: 37).
Allah SWT pun berfirman (yang artinya): Itulah kampung akhirat yang Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menghendaki kesombongan di muka bumi dan tidak pula membuat kerusakan. Akibat kebaikan itu adalah bagi kaum yang bertakwa (TQS al-Qashash [28]: 83).
Sombong (al-kibr) hakikatnya adalah sikap merendahkan orang lain sembari ‘meninggikan’ diri sendiri. Sombong kepada Allah SWT adalah kufur karena dengan itu ia tidak akan menaati Allah SWT dan menjalankan perintah-Nya. Siapa saja yang meninggalkan perintah Allah SWT atau melanggar larangan-Nya karena menyepelekannya adalah kafir. Adapun orang yang meninggalkan perintah Allah SWT dan melanggar larangan-Nya bukan karena menyepelekannya, tetapi karena dikuasai syahwat atau bersikap lalai, maka dia berarti bermaksiat.
Sementara itu, bersikap sombong kepada manusia-jika tanpa disertai maksud merendahkan syariah-Nya-adalah juga tindakan maksiat. Namun, jika seseorang merendahkan para nabi, malaikat atau para ulama karena muncul dari sikap merendahkan ilmu (Allah) maka dia pun bisa jatuh pada kekafiran (Lihat: Muhammad ‘Alan, Dalil al-Falihin, III/53).
Karena itu, tindakan merendahkan Baginda Rasulullah SAW, melecehkan Alquran dan mencampakkan hukum-hukum Allah, misalnya, jelas termasuk ke dalam tindakan sombong yang tidak bisa ditoleransi. Dalam hal ini, Baginda Rasulullah SAW, sebagaimana dituturkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra, pernah bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam kalbunya ada sikap sombong meski sebesar biji sawi.”
Seorang sahabat kemudian berkomentar, “Bagaimana jika seseorang menyukai pakaiannya tampak bagus, demikian pula alas kakinya (apakah termasuk sombong, pen.)?” Beliau kemudian menjawab, “Sesungguhnya Allah Mahaindah dan menyukai keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan cenderung merendahkan orang lain.” (HR Muslim).
Jika menolak kebenaran saja terkategori sebagai sikap sombong, apalagi melecehkan Baginda Rasulullah SAW, Alquran atau hukum-hukum Allah SWT sebagai sumber kebenaran sejati.
Jika orang-orang sombong tidak akan masuk surga, artinya mereka bakal masuk neraka. Baginda Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kalian aku beritahu penduduk neraka? (Yaitu) Setiap orang yang kejam, kasar dan sombong.” (HR Mutaffaq ‘alaih).
Bukan saja tercela, kesombongan juga amat dibenci Allah SWT. Dalam hadits qudsi, bahkan Allah SWT menyampaikan ancaman keras terhadap orang-orang yang sombong. Baginda Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman: Kebesaran adalah pakaian-Ku dan kesombongan adalah jubah-Ku. Siapa saja yang merampas semua itu dari diri-Ku, Aku pasti akan mengazab dirinya.” (HR Muslim).
Lebih dari itu, orang sombong pada dasarnya mewarisi sikap iblis. Pasalnya, Iblislah yang pertama kali menunjukkan kesombongannya saat dia enggan memenuhi perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Adam as. Alasan iblis, Adam diciptakan dari tanah, sementara dia dari api, dan dengan itu dia merasa lebih mulia dan terhormat daripada Adam AS. (Lihat: QS al-A’raf [7]: 12; Shad [38]: 76). Dengan demikian siapapun yang menolak perintah Allah SWT atau tidak mau tunduk-patuh pada syariah-Nya dan berhukum dengan hukum-hukum-Nya pada dasarnya adalah orang-orang yang mewarisi kesombongan iblis.
Lalu bagaimana dengan manusia zaman kini yang tidak hanya menolak hukum-hukum Allah SWT, tetapi bahkan lewat sistem demokrasi yang mereka terapkan-yang memberikan kepada diri mereka kewenangan membuat hukum sendiri-seraya menistakan dan mencampakkan hukum-hukum Allah SWT?! Tentu mereka telah melampaui sifat-sifat Iblis. Na’udzu bilLahi min dzalik!
BACA SELENGKAPNYA »»  

Kamis, 25 Oktober 2012

tingkatan jiwA MANUSIA

Tingkatan ini bisa diartikan sebagai sebuah proses pendewasaan jiwa manusia berdasarkan usia. Namun tetap tidak menutup kemungkinan terjadinya proses yang luar biasa karena factor kemapanan ilmu dan kematangan jiwa. Bisa jadi masih muda namun sudah mencapai tingkat tinggi, atau sebaliknya. Bisa juga terjadi, sudah tinggi namun merosot tajam, atau sebaliknya tiba-tiba melompat pada tingkatan yang jauh lebih tinggi tanpa proses panjang. Kriteria ini semata merupakan alat introspeksi diri saja, dimanakah posisi kita.
Pertama, AMMARAH BI AS-SUU’; adalah pribadi-pribadi yang mudah sekali menurutkan nafsu dan emosi negatifnya dalam menghadapi apapun. Mengabaikan nurani dan akal. Perilaku asosial, penuh kebencian, mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Hanya menebarkan kesengsaraan dan kegelisahan. Dekat dengan pribadi yang seperti ini “hawa” diri juga ikut panas. Orientasi pemikirannya hanya pada ego diri. Yang penting senang, tidak peduli bagaimana orang lain.
Pribadi ini tidak mempedulikan apakah sikapnya akan berakibat seperti ini atau seperti itu, yang penting terturutilah keinginannya.
è(usia perilaku jiwa anak-anak yang tanpa akal; pokoknya senang)
Kedua, LAWWAAMAH; adalah pribadi-pribadi yang jika melakukan kesalahan diikuti dengan munculnya kesadaran bahwa yang dilakukan adalah hal yang salah atau disebut juga. Namun dikarenakan kelengahan dan keteledoran sehingga pengalaman itu tidak dijadikannya sebagai pelajaran. Maka terulang dan terulang kembalilah kesalahan meskipun kemudian disesalinya atau disebut juga “kapok lombok”.
Pribadi ini mulai menyadari akan dampak akibat yang ditimbulkan dari sikap dan perbuatannya. Namun karena kekuatan dorongan berbuat lebih besar sehingga seringkali perbuatannya kembali tanpa berpikir panjang.
è(usia perilaku jiwa remaja; antara kesadaran dan pengaruh kuat keinginan diri serta akibat budaya pop)
Ketiga, MULHAMAH; adalah pribadi-pribadi yang sudah mulai condong pada kebaikan yang didasari atas pengetahuan dan pengalaman hidupnya. Dimanapun dan kapanpun selalu condong pada kebenaran. Kemampuan untuk meletakkan secara tepat segala permasalahan dan fenomena yang dihadapinya. Meskipun pribadi ini terkadang juga masih berada dalam kebimbangan dalam bersikap.
Pribadi ini sudah sadar bahwa jika berbuat maka akan ada akibat yang menyertai. Namun kekuatan dorongan menyebabkannya kadang masih mengalami kebingungan dan jika melakukan diiringi dengan keterpaksaan menuruti keinginan diri atau ketergesaan. Dalam hal ketergesaan, sikap ini juga yang
menyebabkan munculnya sikap kekanak-kanakan karena telah hilangnya/terabaikannya/terlupakannya atas pengetahuan dan pemahamannya sendiri. Kadang bisa jadi sebenarnya sudah paham, tapi lebih mengedepankan keinginannya. Sikap ammarah yang kadang kembali muncul. “Grusa grusu” dalam mengambil tindakan.
è(usia perilaku jiwa dewasa; antara kesadaran dan dorongan atas kebutuhan diri)
Keempat, MUTHMA’INNAH; adalah pribadi-pribadi yang sudah mantap dan lurus dalam jalur yang tidak mudah diombang-ambingkan apapun. Pribadi ini memiliki keteguhan yang didasari atas pengetahuan yang mendalam dan latihan ruhani yang terus-menerus.
Pribadi ini memiliki pengetahuan yang sangat luas dan mendalam dan kesadaran bahwa segala sesuatu memiliki sistem sebab akibat yang sangat kompleks dan saling terkait. Tidak cepat mengambil keputusan dan tindakan hanya berdasar pemahaman sempit. Keluasan pemahaman dan pengetahuannya menyebabkan dirinya mejadi pribadi yang tenang dalam menghadapi apapun. Menelaah secara mendalam segala sebab munculnya suatu masalah atau fenomena sebelum mengambil sebuah kesimpulan. Keputusan atas tindakannya benar-benar diletakkan pada prinsip keadilan dengan upaya bersikap seadil-adilnya. Kemampuan untuk bisa menahan diri sebelum mengambil keputusan ini tentu diperoleh dari latihan ruhani yang kontinyu dan konsisten dengan sikap tidak mudah terpengaruh menjadikannya pribadi yang tenang dan kokoh.
è(usia memasuki out of produktif; karena kematangan pengalaman hidup, kepribadian ini sering muncul. Orang tua yang bijaksana). Namun kadang tidak semua orang tua mampu menemukan jati diri ini. Jika demikian, sebaiknya mulai meninggalkan interaksi dengan dunia agar jiwanya mulai terlepas dari hal-hal duniawi dan menjadi lebih tenang, terutama kaum awam – Jam’iyah Dzikir bisa menjadi alternative. Tenang dalam “ketidak tahuan” karena keterbatasan fisik dan psikis tentunya. Mau apalagi. Alternatifnya ya masuk pada “dunia tidak di dunia”. Jiwa yang lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Ini bukan berarti metode dzikir itu untuk yang tua saja. SALAH. Justru jika masih muda akan menjadi pribadi luar biasa manakala mampu melatih diri agar tidak terikat pada duniawi – mampu sepi dalam keramaian, sehingga tidak mudah terpengaruh atas “fenomena dominan” sekalipun. Kemampuan untuk tidak terikat dengan duniawi inilah yang menyebabkannya memiliki sikap obyektif dan bijaksana. Tetap bersikap tenang namun kokoh dengan tindakan yang bisa dipertanggungjawabkan. Pemuda yang luar biasa. Muthma’innah sejati sebenarnya adalah pribadi yang tenang, tidak terikat keduniawian yang didasari atas wawasan yang luas dan mendalam sampai pada titik “tidak tahu”.
Kelima, RAADLIYAH; karena jiwa yang tenang maka akan muncul pribadi-pribadi yang sudah pada taraf “mencantolkan” segala fenomena kepada Sang Khaliq. Ini beda jauh dengan sikap putus asa. Pencantolan ini tidaklah “ujug-ujug” apalagi sekedar didorong atas sikap “sok”. Tapi didasari atas pemahaman yang sampai pada titik hakekat atas fenomena atau permasalahan. Di sinilah sering muncul persoalan karena “penyalahgunaan” tingkatan ini. Banyak sebab, tapi cenderung kepada sikap agar nampak “mulia”. Ada pribadi-pribadi yang sebenarnya karena tidak banyak punya pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu persoalan akhirnya berucap “ridla”, “sabar”, “ikhlash”. Bisa juga sikap seolah “ridla” ini muncul dari pribadi-pribadi yang memang malas mencari pengetahuan dan pemahaman atau bahkan sudah merasa puas atas apa yang telah di dapatkannya. Akhirnya jumud, stagnan. Inilah fenomena yang saat ini banyak muncul di masyarakat. è(Minimal di detik terakhir jiwa sudah tidak lagi memikirkan duniawi. Rela atas segala fenomena dan masalah karena di depan mata terpampang hakekat kebenaran sejati. Tragis jika di detik terakhir baru menyadari bahwa selama ini dalam memandang dunia adalah salah). Namun ada juga jiwa yang sudah lepas dari unsur duniawi/jasadi – mati sebelum mati – karena kematangan dan kemantapan. Keenam, MARDLIYYAH; pribadi yang mendapatkan Ridla dari Sang Khaliq. Meridlai adalah hak prerogative Allah. Sebenarnya, adalah kewenangan Allah SWT untuk meletakkan Ridla-Nya kepada siapapun yang dikehendaki, baik kaya, miskin, bodoh, pandai, atau siapapun. Dikarenakan kewenangan-Nya inilah kita perlu waspada dalam bersikap kepada siapapun, karena bisa jadi orang tersebut adalah orang yang diridlai-Nya. Memang secara logika, orang yang sudah ridla maka akan diridlai. Secara keadilan, yang lebih dekat lebih diridlai-Nya. Namun sekali lagi, kita tidak bisa menilai atau memaksa atas siapa yang diridlai-Nya, apalagi GR telah mendapatkan ridla-Nya. è Mengingat bahwa Ridla merupakan hak Allah, maka kapanpun, dimanapun, diberikan kepada siapapun, semua terserah Allah SWT. Fenomenanya adalah munculnya sikap terlalu cepat berucap “aku sudah diridlai” dengan segala rentetan sikap ke-aku-annya ini. Atau sebaliknya, terlalu cepat menuduh bahwa si A itu tidak layak mendapatkan ridla dengan segala rentetan atas tuduhannya ini. RIDLA itu milik Allah, tidak layak diperebutkan apalagi disalahgunakan. Yang bisa dilakukan hanyalah berusaha mencarinya, secepatnya senyampang ada waktu. Harus saling membantu tapi tidak kemudian akhirnya saling “meng-aku”. Tidak perlu khawatir, karena masing-masing pasti akan mendapatkan, pada saatnya tiba. Entah di sini, atau nanti. Ketujuh, KAAMILAH; pribadi sempurna. Hanya ada satu pribadi, beliau Rasulullah SAW. ~~~wa allah a’lam bi ash-shawaab~~~
BACA SELENGKAPNYA »»  

konsep Manunggalin Kawulo Gusti

Seringkali dalam masyarakat kita temukan beberapa kenyataan mengenai masalah yang berkaitan dengan konsep Manunggalin Kawulo Gusti. Ada sebagian yang memvonis sebagai ajaran sesat, karena dirujukkan pada seorang tokoh Syech Siti Jenar atau sebutan lain Syech Abdul Jalil. Hal ini diakibatkan pemahaman bahwa Manunggaling Kawulo Gusti berarti menyatunya fisik (zat) antara kawulo (hamba) dengan Gusti (Tuhan), sehingga dianggap keluar dari rel keyakinan agama. Dengan demikian, bahwa Syech Siti Jenar dihukumi pembawa kesesatan, padahal hampir kita semua benar-benar tidak mengenal dengan baik sosoknya.
 Mungkin anda pernah menemui beberapa cara menyebutkan istilah Manunggaling Kawulo Gusti ditulis dengan “Manunggaling Kawulo kelawan Gusti”, atau “Manunggaling Kawulo ing Gusti”, atau “Manunggaling Kawulo lan Gusti”. Pendapat saya adalah dengan tetap mempertahankan “Manunggaling Kawulo Gusti” tanpa ada kata disela-selanya. Sebab bagi saya konsep itu sudah jelas dan tidak perlu ditambahi dengan kata Lan (dan), Kelawan (dan-Indo) atau “ing” (pada-indo). Sebab justru penambahan itu akan mengaburkan makna yang sesungguhnya.
       Baiklah mari kita bahas dari sisi bahasa. Manunggal merupakan kata andahan (sudah tidak kata dasar), dari sisi rimbag-nya (asal katanya), maka termasuk kata yang mendapat wuwuhan (tambahan) yaitu ater-ater, dan termasuk yang tidak mendapat hanuswara.
Ma + tunggal = Manunggal
Kata tunggal berarti satu, tetapi tidak menunjukkan urutan bilangan. Untuk menyebut urutan bilangan, lebih tepat menggunakan kata “siji”. Jadi tunggal lebih menunjukkan konsep “siji” yang murni, tanpa bilangan lain yang dibayangkan. Meski ada saja yang mengatakan “tunggal” itu bisa berarti “satu” yang didalamnya ada perjumbuhan beberapa unsur, tetapi unsur2 tersebut hilang sebutannya, sehingga tetap nampak “satu” dan unsur2 tersebut dianggap tidak ada. Misalnya ada istilah : Siji Ganjil, Loro Genep, Tri Tunggal. Saya tetap menggunakan arti tunggal itu satu yang tanpa urutan berikutnya atau unsur lainnya, karena memang tidak ada yang lain itu. Sementara kata manunggal tersebut kemudian berubah menjadi “manunggale” dan diperenak pengucapannya menjadi “manunggaling”, merupakan bentuk kata yang menunjukkan adanya aktivitas. Misalnya kata “dumadine” alam, itu berarti adanya aktivitas, proses “dadine” (jadinya) alam.
Imbuhan Ma- dalam kata manunggal tersebut menurut saya berarti “nindaake gawean”, proses, aktivitas ke arah yang tunggal. Coba perhatikan kata berikut :
Ma- Kidul = Mangidul, mengarah ke Kidul (selatan)
Ma- Kulon = Mangulon, mengarah ke Kulon (barat)
Dengan demikian kata “Manunggaling” adalah aktivitas, proses, kegiatan yang mengarah ke (yang) Tunggal.
Berikutnya adalah kata Kawulo. Merupakan bentuk akronim dari ka-hana-n sing kewuWULan aLA.  Ka-hana-n dalam bahasa Indonesia lebih tepat dengan “ADA” (being-Inggris) atau “ke-ADA-an”. (Silakan anda pelajari Martabat 7 dalam Serat Wirid Hidayat Jati). Dalam konsep Jawa, manusia adalah ADA (WUJUD) yang sudah “ketambahan jelek”, sudah tidak murni lagi, tidak suci lagi, karena raga, fisik dan sebagainya dalam diri manusia sudah jauh dari ke-ADA-an yang suci, baik suci dalam pengertian Ruh sebelum lahir, suci dari segala kotoran yang menghalangi.
Berikutnya adalah kata “Gusti”, ini kebalikan dari Kawulo, “Gusti” bisa diurai menjadi baGUS-baguse haTI, artinya hanya hati yang terbaiklah yang mampu menangkap WUJUD/ADA yang Mahasuci. Bukan bagus-baguse ati itu sendiri sebagai gusti yang Mahasuci (hati-hatilah dalam memahami ini). Mengapa? Dalam konsep Jawa yang disebut Allah itu adalah “tan kinoyo ngopo”, tak dapat diumpama-umpamakan seperti sesuatu, oleh karena itu DIA Mahasuci dari usaha “di-kayak-kayak-kan”, diserupakan dengan ini dan itu. Mungkin anda pernah mendengar ungkapan begini “gusti Allah”, “gusti”, “gusti kang Mahasuci” dibedakan dalam perbincangan mistik Jawa. Tapi abaikan dulu perbedaan ungkapan ini. Jadi fokus pada yang dimaksud Gusti disitu adalah Gusti Yang Mahasuci, inggih Allah SWT.
Dengan demikian, rangkaian kata-kata tersebut dalam “Manunggaling Kawulo Gusti” saya artikan sebagai  :
1)      Proses nindakake/melakukan aktivitas, yang mengarah ke-Yang Maha Tunggal. Siapa yang melakukan itu? Ya Kawulo. Dengan apa? Ya Gusti, membagusi hati.
2)      Kawulo Nindakake/melakukan aktivitas, yang mengarah ke-Yang Maha Tunggal, Siapa Dia? ya Gusti Kang Mahasuci, Allah swt.
3)      Nindakake/melakukan aktivitas, yang dilakukan oleh Kawulo dengan murni/tunggal/lurus kepada Gusti Kang Mahasuci.
Mengapa saya bisa mengajukan beberapa pengertian? Karena (a) kata-kata itu disusun tidak dalam bentuk kalimat yang lumrah/mudah dipahami umum, oleh karena itu bisa dibaca dalam berbagai bentuk, namun (b) dengan mendasarkan pada penjabaran perkata, maka batas-batas pengartian rangkaian kata tersebut tidak boleh lepas dari maksud perkata.
       Semoga pemahaman saya ini bisa membantu dalam memahami konsep Manunggaling Kawulo Gusti yang sering diperdebatkan dan disesatkan. Apakah ada pemahaman saya di atas sebagai bentuk pemahaman yang sesat? Semoga tidak. Dan dalam penjabaran lebih luas lagi dalam bentuk aktivitas apa? Proses seperti apa, konsep tersebut dijalankan? Sehingga tidak menjadi wacana kosong di kepala semata, tanpa wujud konkrit.  untuk sekedar referensi filosof konsep tersebut klik link http://pshtbrondong.blogspot.com/2012/09/kimia-kebahagiaan-al-ghazali.html
BACA SELENGKAPNYA »»  

Pengertian Qodho dan Qodar

Qodho adalah ketetapan, ketentuan atau rencana Allah untuk segenap makhluknya, baik manusia, jin, hewan tumbuhan, gunung, langit, laut, dll.. Sedangkan taqdir adalah kenyataannya, kejadiannya. Kalau sudah terjadi disebutlah taqdir. Misalnya :

Qodho dan Qodar untuk Alam Sekitar :

  • Allah menetapkan (qodho) bahwa peredaran bumi mengelilingi matahari adalah 365 hari. Itulah Qodho. Pada kenyataannya (taqdirnya) memang berjalan seperti itu.
  • Allah menetapkan (Qodho) bahwa air itu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Pada kenyataannya (taqdirnya) memang demikian.

Antara qodo dan qadar atau taqdir pada alam tidak terjadi perubahan. Itulah sunnatullah (ketetapan Allah). Segenap makhluk, selain manusia dan jin tidak mempunyai pilihan, mereka harus taat kepada ketetapan Allah, terpaksa maupun sukarela.

Qodho-qodar untuk Manusia :
  • Allah menetapkan bahwa manusia hanya boleh beribadah kepada Allah. Itulah Qodho. Tetapi pada kenyataannya banyak juga manusia yang menyembah selain Allah. Itulah taqdir.
  • Allah menetapkan (qodho) bahwa setiap anak wajib berbuat ihsan kepada orangtuanya, tetapi pada kenyataannya (taqdirnya) ada juga anak yang durhaka kepada orangtuanya.
  • Pada saat bayi berusia empat bulan dalam kandungan, Allah menetapkan potensi-potensinya atau bakat-bakatnya. Besar kecilnya bakat ini untuk setiap bayi berbeda-beda. Itulah ketetapan (qodho) Allah. Nanti setelah anak itu dewasa akan berusaha mengembangkan potensi itu, sehingga ada orang yang menjadi pemain bola tingkat internasional. Itulah taqdir. Tetapi ada juga yang malas berlatih sehingga hanya  menjadi pemain bola tingkat kecamatan saja. Itupun taqir juga.

Qodho Allah untuk manusia sering berbeda dengan taqdirnya sebab manusia dengan akalnya mempunyai hak pilih, tetapi kadang-kadang pilihannya dipengaruhi oleh  nafsu syaithaniyah. Tidak heran kalau ada manusia yang menyembah batu, membunuh, dan berbuat maksiat lainnya.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Senin, 08 Oktober 2012

Tarung Bebas

CERITA SESEPUH PSHT dan BERKEMBANGNYA PSHT sampai Skrng ( Pencak Silat Dor di Alon-alon Madiun ) Dulu setiap tahun selalu diadakan Pencak Silat dor di Alon-alon madiun,sekarang lebih dikenal dengan Tarung Bebas yg masih di lestarikan di daerah Kediri
& Probolinggo. Alkisah berdasarkan data-data dari sumber yg bisa dipercaya menyebutkan bahwa di era tahun 60an di adakan pertandingan Pencak Silat dor di Alon-alon Madiun,kemudian naiklah seorang pesilat tangguh yg sukar dikalahkan bahkan belum ada seorangpun yg bisa mengalahkannya di gladak jawara Pencak dor,beliau adalah Syeh Wulan dari Ponorogo.untuk catatan,dulu PSHT belum mengikuti pertandingan Pencak Silat dor karena PSHT lebih mementingkan pada pertandingan Pencak Silat yg resmi. Tetapi akhirnya PSHT mengikuti jg pertandingan Pencak Dor itu dikarenakan adanya perjanjian yg sangat memberatkan PSHT,bawasannya jika sampai matahari tenggelam tetapi Syeh Wulan tdk bisa dikalahkan maka semua perguruan Pencak Silat di Madiun tdk boleh mengembangkan sayap diluar kota & kabupaten madiun.banyak jago-jago silat yg ada di daerah
madiun,tetapi mereka tdk berani naik ke atas Gladak.melihat itu RM Sutomo Mangkujoyo mengumpulkan semua warga & siswa PSHT,setelah berkumpul segera RM Sutomo Mangkujoyo
bertanya,”siapa yg mau & sanggup menghadapi Syeh Wulan?”,kemudian teracunglah jari tangan dari warga PSHT yg duduk di belakang,ternyata yg mengacungkan jari itu adalah RM Imam Koessoepangat. Kemudian RM Sutomo Mangkujoyo tersenyum & memberikan restu untuk bertanding,bahkan eyang Badini melakukan Ritual dgn cara mendudukan RM Imam Koessoepangat diatas tampah yg ditaburi kacang hijau,dikarenakan pertandingan ini tdk hanya pertandingan kanuragan saja melainkan pertandingan kadigdayan.setelah selesai RM Imam Koessoepangat tdk segera menuju gladak pertandingan,melainkan beliau pulang untuk meminta doa restu pada sang Kanjeng Ibu,Raden Ayu Koesmiyatun,setelah mencium kedua kaki ibunya beliau pergi berziarah di makam ayahnya,Raden Mas Ambar Koessensi.barulah beliau pergi ke gladak pertandingan tanpa diantar saudara-saudara dr PSHT karena beliau sendiri yg meminta agar saudara PSHT lebih baik
menunggu kedatangannya saja di gladak pertandingan. Setelah beliau sampai beliau disambut oleh RM Sutomo Mangkujoyo & menepuk pundak beliau sambil berpesan,”mati lan uripe PSHT ana ing tanganmu,mula jeng andika kudu waspada lan waskita supaya den purih joyo kang sejati.”(mati & hidupnya PSHT ada ditanganmu sekarang,maka kamu harus waspada & pandai supaya memperoleh kemenangan yg sejati/tdk curang),RM Imam Koessoepangat mengangguk & mencium tangan RM Sutomo Mangkujoyo sebelum naik geladak. Setelah naik di geladak pertandingan beliau berbicara
kepada Syeh Wulan,”menopo kulo angsal ngaturaken panuwunan dumateng andika?”(apakah saya
boleh mengucapkan permintaan kepada anda?),Syeh Wulanpun menjawab”monggo.”(silahkan)
.”kulo nyarujuki bileh kawulo kawon sedoyo paguron wonten ing tlatah Madiun mboten bade
medal saking leladan Madiun,nanging bileh kawulo unggul ing jurit kawulo nyuwun supados santri-santri panjenengan mlebet lan tumut gegladen wonten ing PSHT,namung meniko kemawon panuwun kulo.”(saya menyetujui jika saya kalah semua perguruan yg ada di bumi madiun tdk akan keluar dr wilayah madiun,tetapi jika saya menang saya meminta agar santri-santri anda masuk & ikut latihan di PSHT,hanya itu permintaan saya),Syeh Wulan menyetujui permintaan itu & dimulailah pertandingan itu. Mungkin semua menyangka kalau pertandingan itu akan berjalan sengit & lama,tapi kenyataannya tidak,dalam waktu 1 menit 58 detik Syeh wulan sudah terkapar tidak dapat melanjutkan pertandingan lagi,maka keluarlah RM Imam Koessoepangat menjadi juara.kemudian di era tahun 70an Syeh Wulan bertandang ke Rumah RM Imam Koessoepangat,tidak ada permusuhan diantara mereka,semua melebur dalam canda & tawa,bahkan RM Imam Koessoepangat berkelakar pada Syeh Wulan,”pripun menawi kulo lan panjenengan gelud malih?”kata beliau sambil tertawa,Syeh Wulanpun jg tertawa lepas & sama sekali tdk ada dendam diantara mereka. Setelah itu mengijinkan santri-2 nya utk ikut bergabung Latihan dg PSHT dan mengakui serta mendukung PSHT Melebarkan Sayapnya keseluruh penjuru, dan sampai skr PSHT msh berkibar.

_Kecik Tak Ocak Acik...,Mrico Polo Tak Nggo Dakon..
Karep_q Tak Gawe Apik Yen Kok Tompo Olow Monggo Mawon.....
Dengan tahunya perjanjian antara m.Imam dan syeh wulan...ternyata ada dampak positif bagi perguruan lain yg ada di madiun.......dan ini jg di manfaatkan oleh pak warno utk mendirikan Perguruan baru di th 1964 dgn melatih para pemuda sumur bor secara sembunyi2 agar tdk di ketahui oleh pihak SH PANTI...

Dipakailah nama STK = Sekar Tepus Kaki agar semata2 tdk sama dan nama SH WINONGO pun di pakai th 1965.
Pada th 1966 nama SH Winongo di tambahkan kalimat ^TUNAS MUDA^ Sehingga menjadi P.SH Tunas Muda Winongo Madiun....th 1966 SHTMW di organisasikan.
Lidah memang tak bertulang itulah th 1903 di pakainya sbg berdirinya SHTMW dgn alasan meneruskan SH nya eyang suro...
BACA SELENGKAPNYA »»  

Jumat, 14 September 2012

Teknik menghancurkan Benda keras !

Pemecahan benda keras tidak asing bagi yang berkecimpung dalam dunia persilatan,  Pematahan dan pemecahan dapat dijelaskan secara lebih ilmiah, sebagai berikut :

Benda Keras
Untuk tingkat kesulitan pemecahan benda keras ini tergantung 2 paktor :

  1. Jenisnya Bahannya, jenis bahan ini mempengaruhi tingkat  kerapatan molekular dan kelenturannya. Contoh, balok beton lebih mudah memcahkannya dari pada baja, karena baja lebih rapat ikatan molekularnya dan juga lebih lentur. untuk memecahkan besi lebih sulit daripada baja karena kerapatan dan daya lentur lebih besar dari pada baja.
  2. Posisi benda yg akan dipukul. misal beton yang akan di hancurkan ujung beton ini disangga akan lebih mudah daripada beton yg disimpan dilantai, dan lebih sulit lagi bila 2-3 tumpuk beton disimpan ditanah/lantai yg di hancurkannya bagian tengah atau bawahnya saja tanpa menghancurkan bagian atasnya.
Jadi  Walaupun benda itu kelihatan keras dan kaku, namun menurut ilmu mekanika benda tersebut  memiliki sedikit kelenturan. Demikian pula dengan balok es, kikir atau lempengan besi baja. Per mobil termasuk mempunyai kelenturan yang lebih tinggi. Kelenturan sangat mempengaruhi proses patahnya benda dan proses tumbukan antara tangan dan benda.

Tangan
Anggota tubuh yg biasa dugunakan tuk memecahkan ini adalah Tangan, dibagi atas telapak, pisau  hasta,  dan siku. Pada proses tumbukan sebagian tenaga terserap oleh kelenturan otot. Secara sederhana dibayangkan bahwa tenaga yang diserap oleh perubahan bentuk otot menyerupai dengan tenaga untuk membengkokkan lengan seseorang yang sedang dikejangkan. Sejumlah tenaga pada proses tumbukan telah digunakan untuk mengubah bentuk otot pada sisi telapak serta otot-otot lainnya pada telapak, pergelangan, dan siku. Tulang manusia sebenarnya sangat kuat, menurut ilmu mekanika, tulang manusia dapat menanggung kerapatan gaya (stress) sampai empat puluh kali lipat dibandingkan beton. jadi tidak perlu khawatir tulang kita akan patah. bagian tangan manapun yg akan digunakan yg paling baik adalah menggunakan otot tuk memecahkannya agar efek cedera dari tumbukan bisa di minamalisir.


Tumbukan
Menurut Newton gaya yang terjadi adalah sama dengan massa benda dikali percepatan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengamati bahwa gaya yang diberikan kepada sebuah benda, selalu berasal dari benda lain. gerobak bergerak karena kita yang mendorong, paku dapat tertanam karena dipukul dengan martil, buah mangga yang lezat jatuh karena ditarik oleh gravitasi bumi.
Pada waktu tangan menumbuk benda, tangan  memberikan gaya kepada benda keras  itu, maka benda  tersebut akan membalas dengan memberikan gaya kepada tangan, di mana gaya yang diberikan sama besar tetapi berlawanan arah. Jadi gaya yang bekerja pada sebuah benda merupakan hasil interaksi dengan benda lain. Gaya yang kita berikan arahnya menuju benda keras itu , sedangkan gaya yang diberikan oleh benda keras arahnya menuju tangan kita. Ketika kita memukul , Jadi  Walaupun benda itui kelihatan keras dan kaku, namun menurut ilmu mekanika benda tersebut  memiliki sedikit kelenturan, gaya yang kita berikan tersebut menggerakan benda keras tersebut menjadi , Pada saat benda tertumbuk, bentuknya berubah menjadi melengkung. Karena bentuknya melengkung maka bagian atas dari benda menjadi pendek, sedangkan bagian bawah menjadi panjang. Pertambahan panjang bagian bawah menimbulkan gaya tarikan sampai pada suatu saat di mana kerapatan gaya yang terjadi melampaui ambang kerapatan gaya ( breaking stress) beton. Pada saat itulah bagian bawah beton pecah. Sedikit sisa tenaga pada tangan sudah cukup untuk melanjutkan pemecahan beton sampai ke permukaan atasnya. hal ini di sebabkan kecepatan tangan berubah dari kecepatan maksimum menjadi berhenti karena menumbuk benda. Makin besar perubahan kecepatan (perlambatan), makin besar pula gaya yang dihasilkan. Menurut percobaan Feld, Nair, dan Wilk, perlambatan ini dapat mencapai 3.500 meter per detik kuadrat, sehingga mampu menghancurkan sebuah beton.

Ketika sebuah benda yang padat mendapat benturan, bisa mengeluarkan dua macam gelombang, satu adalah gelombang bujur (longitudinal), sedangkan satunya lagi adalah gelombang permukaan. “Gelombang bujur” adalah suatu gelombang tembusan, bisa menembus suatu benda, dari satu sisi permukaan melalui pusat benda dan disalurkan ke sisi lainnya. Dan “gelombang permukaan”, sama seperti namanya, hanya bisa menyampaikan pada permukaan yang sangat dangkal.  Nah untuk bisa menghancurkan benda keras yg tidak menggunakan penopang energi dari tekanan benturan tadi gelombang harus menembus benda itu dan terpokus bisa bagian bawahnya atau bagian tengahnya saja.

Pemukulan Benda Keras

  1. Melalui latihan yang terencana, teratur, dan terarah melatih otot. Agar menjadi cepat, kuat, dan liat. Sehingga pukulan untuk pematahan yang dilakukan akan menghasilkan lebih banyak gaya mekanis dan mengurangi kerugian akibat perubahan bentuk pada saat terjadi tumbukan. Selain itu harus pula meningkatkan kecepatan pukulan supaya didapat gaya yang lebih besar.  Teknik ini biasanya dipergunakan dalam pemecahan benda2 keras dengan menggunakan penopang, dengan mengandalkan kecepatan pukulan. Jarak tangan dan benda biasanya mempengaruhi efektifitas dan kekuatan pukulan.
  2. Melatih Energi Tubuh/Tenaga Dalam. Dengan teknik olah nafas dan gerak tertentu sehingga energinya tubuhnya meningkat, dalam hal ini energi hawa panas. dimana energi panas ini bila dipokuskan akan menghasilkan gelombang kejut yang memiliki efek destruktif yg dahsyat. dimana Gelombang kejut adalah gelombang dari sebuah aliran yang sangat cepat dikarenakan kenaikan tekanan, temperature, dan densitas secara mendadak pada waktu bersamaan. Seperti gelombang pada umumnya shock wave juga membawa energi dan dapat menyebar melalui medium padat,cair ataupun gas. Dengan teknik ini jarak tangan dengan target pukulan tidak menjadi masalah bahkan dengan jarak beberapa centi saja kita bisa menghancurkan benda tsb. hal ini bisa dilakukan oleh orang yg punya energi kuat.
  3. Gabungan dari 2 teknik diatas. biasanya digunakan oleh orang yg sudah berlatih energi tubuh/tenaga dalam tapi belum begitu kuat, dimana kecepatan, kekuatan otot masih dibutuhkan selain  teknik pemokusan tenaga.
Tuk melihat perbedaan secara kasar pemecahan menggunakan energi tubuh/tenaga dalam dan teknik latihan fisik adalah dari hasil efek hancuran benda kerasnya, biasanya dengan menggunakan kekuatan Tenaga Dalam adalah pecah 2 bagian secara sempurna.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Minggu, 09 September 2012

Hizib Nashor: Penjelasan Dan Doanya


Amalan Hizib dan Ucapan Syeikh Abu-l Hassan Al Syadzuli
Tidak berbeda dengan tradisi di Timur Tengah,pengamalan tareqat ini di Nusantara dalam banyak tempat lebih bersifat individual, dan pengikutnya relatif jarang dijumpai,tidak seperti para pengamal Tariqat-tariqat Naqsyabandiah, Qadiriah atau Ahmadiah Idrisiah. Dalam praktiknya, kebanyakan para anggotanya hanya membaca secara individual rangaian-rangkaian doa yang panjang (hizb), dan diyakini mempunyai kelebihan-kelebihan spiritual. Para pengamal tariqat ini mempelajari berbagai hizib (jamak ahzab), paling tidak idealnya, melalui pengajaran (talkin) yang diberikan oleh seorang guru yang mursyid dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru tersebut, walaupun hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang anggota dari sebuah tareqat.
Hizb al-Bahr, Hizb Nashr, disamping Hizb al-Hafidzah, merupakan antara Hizib yang sangat terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini disampaikan kepadanya oleh Nabi SAW. sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan untuk melindungi selama dalam perjalanan. Ibnu Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama perjalanan-perjalanan panjangnya, dan berhasil. Dan di Nusantara, dimana doa ini diamalkan secara luas, secara umum dipercaya bahwa kegunaan spiritual doa ini hanya dapat diperolehi dengan berpuasa atau bermujahadah dibawah bimbingan guru.
Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, juga digunakan oleh anggota tareqat lain untuk memohon perlindungan tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah, seperti yang diamalkan oleh pengikut-pengikut Tareqat Ahmadiah Idrisiah, Rifai’yah dan Qadiriyah. Mereka yang ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah doa yang sederhana, ia secara kebaktian tidak begitu mendalam; tapi lebih merupakan doa-doa perlindungan mengandungi Nama-nama Allah Yang Agung (Ism Allah A’zhim) serta ayat-ayat al-Quran dan, apabila dilantunkan secara benar, akan mengalirkan berkah dan menghasilkan tindakbalas luar biasa. Mengenai penggunaan hizib, wirid, dan doa, para syeikh tareqat biasanya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-hizib (Azhab), dan wirid-wirid dalam tareqat dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan peribadi. Akan tetapi mereka tidak bersetuju murid-murid mereka mengamalkannya tanpa keizinan.
Tareqat ini mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang tariqat ini terdapat di Afrika Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania Tengah, India, Sri Lanka, Indonesia, Malaysia dan beberapa tempat yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Utara. Di Mesir yang merupakan awal mula penyebaran tareqat ini, tareqat ini mempunyai beberapa cabang, yakitu: al-Qasimiyyah, al- Madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah, al-Handusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-Jauhariyyah, al-Wafaiyyah, al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan al- Hasyimiyyah.
Yang menarik dari falsafah tasawuf Asy-Syadzily, kandungan makna hakiki dari Hizib-hizib itu, memberikan penekanan simbolik mengenai ajaran utama dari tasawuf atau Tarikat Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga mengandung doktrin sufistik yang sangat hebat.
Di antara Ucapan Syeikh Abul Hasan asy-Syadzili:
1. Penglihatan akan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku bermohon kepada Tuhan agar memasang sebuah tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah suara memanggilku, katanya ” Jika kau memohon kepada-Nya yang tahu bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan memasang tirai antara kau dan Dia. Namun memohonlah kepada-Nya untuk membuat mu kuat memiliki-Nya.”Maka akupun memohon kekuatan dari Dia dan Dia pun membuatku kuat, segala puji bagi Tuhan!
2. Aku dipesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): “Jangan anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkn keredhaan Allah, dan jangan duduk dimajlis kecuali yang aman dari murka Allah. Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang membantu berbuat taat kepada Allah. Jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap Allah.”
3. Seorang wali tidak akan sampai kepada Allah selama ia masih ada syahwat atau usaha ikhtiar sendiri.
4. Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan tercapainya hajat keperluanmu. Dengan demikian engkau hanya terhijab dari Allah. Yang harus menjadi tujuan dari doamu adalah untuk bermunajat kepada Allah yang memeliharamu dari-Nya.
5. Seorang arif adalah orang yang megetahui rahsia-rahsia kurniaan Allah di dalam berbagai-bagai macam bala’ yang menimpanya sehari-hari, dan mengakui kesalahan-kesalahannya didalam lingkungan belas kasih Allah kepadanya.
6. Sedikit amal dengan mengakui kurnia Allah, lebih baik dari banyak amal dengan terus merasa kurang beramal.
7. Andaikan Allah membuka nur (cahaya) seorang mukmin yang berbuat dosa, nescaya ini akan memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya menjelaskan : “Andaikan Allah membuka hakikat kewalian seorang wali, niscaya ia akan disembah, sebab ia telah mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.
Berikut ini hizbnya

حِزْبُ النـَّصـْرِ المُبـَارَكِ
لِسـَيـِّدي أبـِي الحـَسـَنِ الشـَّاذلـِي

بـِـسْـمِ اللهِ الرَّحمـنِ الرَّحـيمِ
اللهـُمَّ بـِسَطـْوَةِ جَبـَروتِ قـَهـْرِكَ وبـِسُرْعـَةِ إغـَاثـَةِ نـَصـْرِكَ وَبـِغِـيرَتـِكَ لإنـْـتـِهـَاكِ حُرُمَـاتِكَ وَبـِحـِمَايَتِكَ لِـمَن إحـْـتـَمـَى بـِآياتِكَ أسألـُكَ يا اللهُ يَا سَميعُ يَا قـَريبُ يَا مُجـِيبُ يَا سَريعُ يَا مُنـْتـَـقِمُ يَا شـَديدَ البَـطـْشِ يَا جَبََّارُ يَا قـَهـَّارُ يَا مَنْ لا يُعْـجـِزُهُ قـَهـْرُ الجَبـَابـِرَةِ ولا يَعْظـُمُ عـَلـَيْهِ هَلاكُ المُتـَمَرِّدَةِ مِنَ المُلوكِ والأكـَاسِرَةِ أن تـَجْـعَلَ كـَيـْدَ مَنْ كـَادَنِي في نـَحْرِهِ وَمَكـْرَ مَنْ مَكـَرَ بي عَـائِداً عَليهِ وَحُـفـْرَة مَنْ حَفـَرَ لي وَاقِعاً فيها وَمَنْ نـَصَبَ لي شـَبـَكـَة الخَدَاعِ إجْعَلـْهُ يا سَيِّدي مُسَاقاً إليها وَمُصَـاداً فيها وَأسِيراً لـَدَيْهـَا اللهُمَّ بـِحَقِّ كـهيعص إكـْـفِـنـَا هَمَّ العِدا وَلـَقـِّهـِمْ الرَّدَى وَإجْعـَلهُمْ لِكـُلِّ حَبيبٍ فِداً وَسَلـِّط عَلـَيـْهـِمْ عَاجـِلَ النـِّقـْمـَةِ في اليَوْمِ والغـَدِ. اللهُمَّ بَدِّدْ شـَمْلـَهـُمْ، اللهُمَّ فـَرِّق جَمْـعَـهـُم اللهُمَّ أقـْلِلْ عَدَدَهـُمْ، اللهُمَّ فـُلَّ حَدَّهُمْ، اللهُمَّ إجْعَلْ الدَّائِرَة عَلـَيـْهـِمْ اللهُمَّ أرْسِلْ العَذابَ إليهـِمْ، اللهُمَّ أخـْرِجْـهـُمْ عَنْ دَائِرَةِ الحِلـْمِ وَإسْـلـُبـْهـُمْ مَدَدَ الإمْـهـَالِ وغـُلَّ أيْديَهـُمْ وإرْبـِط عَلـَى قـُلوبـِهـِمْ ولا تـُبـَلـِّغـْهـُمْ الآمال، اللهُمَّ مَزِّقـْهـُمْ كـُلَّ مُمَزَّقٍ مَزَّقـْـتـَهُ لأعْدَائِكَ إنـْـتِصـَاراً لأنـْبـِيائِكَ وَرُسُـلِكَ وَأولِيائِـكَ اللهُمَّ إنـْـتـَصِرْ لنا إنـْـتـِصَـارَكَ لأحْبـَابـِكَ على أعْدَائِكَ، اللهُمَّ لا تـُمَكـِّنْ الأعْداءَ فينا ولا تـُسـَلـِطـَهـُمْ عَـلـَيْـنـَا بـِذنوبـِنـَا حم حم حم حـــم حم حم حم حُـمَّ الأمْرُ وَجَاءَ النـَصـْرُ فـَعـَلينـْا لا يـُنـْصـَرون حمعسق حِمَايَتـُنـَا مِمَّا نـَخـَافُ، اللهُمَّ قـِنـَا شـَرَّ الأسْواءِ ولا تـَجْعـَلنـَا مَحـَلاً للبـَلـْواءِ، اللهُمَّ أعْطِنـَا أمَلَ الرَّجَاءِ وَفـَوْقَ الأمَلِ يَا هُوَ يَا هُوَ يَا هُوَ يَا مَنْ بـِفـَضْـلِهِ لِفـَضْلِهِ نـَسْألْ – نـَسْألـُكَ العَجـَلَ العَجَلَ إلهي الإجَابَة الإجَابَة يَا مَنْ أجَابَ نـُوحاً في قـَوْمِهِ يَا مَنْ نـَصَرَ إبْراهِيمَ عَلى أعْدائِهِ يَا مَنْ رَدَّ يُوسُفَ على يَعْـقوب يَا مَنْ كـَشـَفَ ضـُرَّ أيُّوبَ يَا مَنْ أجَابَ دَعْوَةَ زكـَرِيَّا يَا مَنْ قـَبـِلَ تـَسـْبيحَ يُونـُسَ بـِنْ مَتـَّى نـَسْـألـُكَ بـِأسْرارِ أصْحـَابِ هَذِهِ الدَّعَوَاتِ أنْ تـَقـْبـَلَ مَا بـِهِ دَعَوْنـَاكَ وأنْ تـُعْطِينـَا مَا سَألناكَ أنـْجـِزْ لنـَا وَعْدَكَ الذي وَعَدْتـَهُ لِعِـبَادِكَ المُؤمِنين لا إلهَ الا أنـْتَ سُبْحَانـَكَ إني كـُنـْتُ مِنَ الظـَّالِمِينَ إنـْـقـَطـَعـَتْ آمَالـُنـَا وَعِزَّتِكَ الا مِنـْكَ وَخـَابَ رَجَاؤُنـَا وَحَـقِـكَ الا فيكَ.
إنْ أبْطـَأتْ غـَارَةُ الأرْحَامِ وإبْـتـَعـَدَتْ فـَأقـْرَبُ السَّيْرِ مِنـَّا غـَارَةُ اللهِ
يا غـَارَةَ اللهِ جـِدِي السـَّيـْرَ مُسْرِعَة في حَلِّ عُـقـْدَتـِنـَا يَا غـَارَةَ اللهِ
عَدَتْ العَادونَ وَجَارُوا وَرَجَوْنـَا اللهَ مُجـيراً
وَكـَفـَى باللهِ وَلـِيـَّا وَكـَفـَى باللهِ نـَصِيراً
حَسْبـُنـَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ – ثلاثا

ولا حَوْلَ ولا قـُوَةَ الا باللهِ العَليِّ العَظِيمِ إسْـتـَجـِبْ لـَنـَا آمين – ثلاثا

فـَقـُطِعَ دَابـِرُ القـَوْمِ الذينَ ظـَلـَمُوا والحَمْدُ لِلهِ رَبَّ العَالـَمينَ ولا حَوْلَ ولا قـُوَّةَ الا باللهِ العَلِيّ العَظِيمِ

وَصَـلـَّى اللهُ عَـلـَى سَيـِّدِنـَا مُحَمَّدٍ النـَّبـِيّ الأمِيِّ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبـِهِ


BACA SELENGKAPNYA »»  

Kamis, 06 September 2012

PERBEDAAN SYARIAT, THORIQOH, HAQIQAH DAN MA’RIFAT


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah-istilah agama yang kadang-kadang pengertian masyarakat masih rancu, istilah tersebut antara lain :
Syariat  Thariqah Haqiqah Ma’rifah
1. Syariat :
Adalah hukum Islam yaitu Al qur’an dan sunnah Nabawiyah / Al Hadist yang merupakan sumber acuan utama dalam semua produk hukum dalam Islam, yang selanjutnya menjadi Madzhab-madzhab ilmu Fiqih, Aqidah dan berbagai disiplin ilmu dalam Islam yang dikembangkan oleh para ulama dengan memperhatikan atsar para shahabat ijma’ dan kiyas. Dalam hasanah ilmu keislaman terdapat 62 madzhab fiqh yang dinyatakanmu’tabar (Shahih dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya) oleh para ulama. Sedangkan dalam hasanah ilmu Tuhid (keimanan), juga dikenal dengan ilmu kalam. Ahirnya ummat Islam terpecah menjadi 73 golongan / firqah dalam konsep keyakinan. Perbedaan ini terdiri dari perbedaan tentang konsep konsep, baik menyangkut keyakinan tentang Allah SWT, para malaikat, kitab kitab Allah, para Nabi dan Rasul, Hari Qiamat dan Taqdir.
Namun dalam masalah keimanan berbeda dengan Fiqih. Dalam Fiqh masih ada toleransi atas perbedaan selama perbedaan tersebut tetap merujuk pada Al Qur’an dan Sunnah, dan sudah teruji kebenarannya serta diakui kemu’tabarannya oleh para ulama yang kompeten. Akan tetapi dalam konsep keimanan, dari 73 golongan yang ada, hanya satu golongan yang benar dan menjadi calon penghuni surga, yaitu golongan yang konsisten / istiqamah berada dibawah panji Tauhidnya Rasulullah SWA dan Khulafa Ar Rasyidiin Al Mahdiyyin yang selanjutnya dikenal dengan Ahlu As Sunnah wal Jamaah. Sedangkan firqah / golongan lainnya dinyatakan sesat dan kafir. Jika tidak bertaubat maka mereka terancam masuk dalam neraka. Na’udzubillah.
2. Thariqah :
Adalah jalan / cara / metode implementasi syariat. Yaitu cara / metode yang ditempuh oleh seseorang dalam menjalankan Syariat Islam, sebagai upaya pendekatannya kepada Allah Swt. Jadi orang yang berthariqah adalah orang yang melaksanakan hukum Syariat, lebih jelasnya Syariah itu hukum dan Thariqah itu prakteknya / pelaksanaan dari hukum itu sendiri.
Thariqah ada 2(dua) macam :
Thariqah ‘Aam : adalah melaksanakan hukum Islam sebagaimana masyarakat pada umumnya, yaitu melaksanakan semua perintah, menjauhi semua larangan agama Islam dan anjuran anjuran sunnah serta berbagai ketentuan hukum lainnya sebatas pengetahuan dan kemampuannya tanpa ada bimbingan khusus dari guru / mursyid / muqaddam.
Thariqah Khas : Yaitu melaksanakan hukum Syariat Islam melalui bimbingan lahir dan batin dari seorang guru / Syeikh / Mursyid / Muqaddam. Bimbingan lahir dengan menjelaskan secara intensif tentang hukum-hukum Islam dan cara pelaksanaan yang benar. Sedangkan bimbingan batin adalah tarbiyah rohani dari sang guru / Syeikh / Mursyid / Muqaddam dengan izin bai’at khusus yang sanadnya sambung sampai pada Baginda Nabi, Rasulullah Saw. Thariqah Khas ini lebih dikenal dengan nama Thariqah as Sufiyah / Thariqah al Auliya’.Thariqah Sufiyah yang mempunyai izin dan sanad langsung dan sampai pada Rasulullah itu berjumlah 360 Thariqah. Dalam riwayat lain mengatakan 313 thariqah. Sedang yang masuk ke Indonesia dan direkomendasikan oleh Nahdlatul Ulama’ berjumlah 44 Thariqah, dikenal dengan Thariqah Al Mu’tabaroh An Nahdliyah dengan wadah organisasi yang bernama Jam’iyah Ahlu Al Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah.
Dalam kitab Mizan Al Qubra yang dikarang oleh Imam Asy Sya’rany ada sebuah hadits yang menyatakan :
ان شريعتي جا ئت على ثلاثما ئة وستين طريقة ما سلك احد طريقة منها الا نجا .(ميزان الكبرى للامام الشعرني : 1 / 30)
“Sesungguhnya syariatku datang dengan membawa 360 thariqah (metoda pendekatan pada Allah), siapapun yang menempuh salah satunya pasti selamat”. (Mizan Al Qubra: 1 / 30 )
Dalam riwayat hadits yang lain dinyakan bahwa :
ان شريعتي جائت على ثلاثمائة وثلاث عشرة طريقة لا تلقى العبد بها ربنا الا دخل الجنة ( رواه الطبرني )
“Sesungguhnya syariatku datang membawa 313 thariqah (metode pendekatan pada Allah), tiap hamba yang menemui (mendekatkan diri pada) Tuhan dengan salah satunya pasti masuk surga”. (HR. Thabrani)
Terlepas dari perbedaan redaksi dan jumlah thariqah pada kedua riwayat hadits diatas, mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus percaya akan adanya thariqah sebagaimana direkomendasi oleh hadits tersebut. Kalau tidak percaya berarti tidak percaya dengan salah satu hadits Nabi SAW yang Al Amiin (terpercaya dan tidak pernah bohong). Lalu bagaimana hukumnya tidak percaya pada Hadits Nabi yang shahiih?
Dari semua thariqah sufiyah yang ada dalam Islam, pada perinsip pengamalannya terbagi menjadi dua macam. Yaitu thariqah mujahadah dan Thariqah Mahabbah. Thariqah mujahadah adalah thariqah / mitode pendekatan kepada Allah SWT dengan mengandalkan kesungguhan dalam beribadah, sehingga melalui kesungguhan beribadah tersebut diharapkan secara bertahap seorang hamba akan mampu menapaki jenjang demi jenjang martabah (maqamat) untuk mencapai derajat kedekatan disisi Allah SWT dengan sedekat dekatnya. Sebagian besar thariqah yang ada adalah thariqah mujahadah.
Sedangkan thariqah mahabbah adalah thariqah yang mengandalkan rasa syukur dan cinta, bukan banyaknya amalan yang menjadi kewajiban utama. Dalam perjalanannya menuju hadirat Allah SWT seorang hamba memperbanyak ibadah atas dasar cinta dan syukur akan limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT, tidak ada target maqamat dalam mengamalkan kewajiban dan berbagai amalan sunnah dalam hal ini. Tapi dengan melaksanakan ibadah secara ikhlash tanpa memikirkan pahala, baik pahala dunia maupun pahala ahirat , kerinduan si hamba yang penuh cinta pada Al Khaliq akan terobati. Yang terpenting dalam thariqah mahabbah bukan kedudukan / jabatan disisi Allah. tapi menjadi kekasih yang cinta dan dicintai oleh Allah SWT. Habibullah adalah kedudukan Nabi kita Muhammad SAW. (Adam shafiyullah, Ibrahim Khalilullah, Musa Kalimullah, Isa Ruhullah sedangkan Nabi Muhammad SAW Habibullah). Satu satunya thariqah yang menggunakan mitode mahabbah adalah Thariqah At Tijany.
Nama-nama thariqah yang masuk ke Indonesia dan telah diteliti oleh para Ulama NU yang tergabung dalam Jam’iyyah Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah dan dinyatakan Mu’ tabar (benar – sanadnya sambung sampai pada Baginda Rasulullah SAW), antara lain :
1. Umariyah                                       23. Usysyaqiyyah
2. Naqsyabandiyah                           24. Bakriyah
3. Qadiriyah                                       25. Idrusiyah
4. Syadziliyah                                     26. Utsmaniyah
5. Rifaiyah                                          27. ‘Alawiyah
6. Ahmadiyah                                     28. Abbasiyah
7. Dasuqiyah                                      29. Zainiyah
8. Akbariyah                                      30. Isawiyah
9. Maulawiyah                                   31. Buhuriyyah
10. Kubrawiyyah                               32. Haddadiyah
11. Sahrowardiyah                           33. Ghaibiyyah
12. Khalwatiyah                                 34. Khodiriyah
13. Jalwatiyah                                    35. Syathariyah
14. Bakdasiyah                                  36. Bayumiyyah
15. Ghazaliyah                                   37. Malamiyyah
16. Rumiyah                                       38. Uwaisiyyah
17. Sa’diyah                                       39. Idrisiyah
18. Jusfiyyah                                      40. Akabirul Auliya’
19. Sa’baniyyah                                 41. Subbuliyyah
20. Kalsaniyyah                                 42. Matbuliyyah
21. Hamzaniyyah                               43. TIJANIYAH
22. Bairumiyah                                  44. Sammaniyah.
3. Haqiqah
Yaitu sampainya seseorang yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. di depan pintu gerbang kota tujuan, yaitu tersingkapnya hijab-hijab pada pandangan hati seorang salik (hamba yang mengadakan pengembaraan batin) sehigga dia mengerti dan menyadari sepenuhnya Hakekat dirinya selaku seorang hamba didepan TuhanNya selaku Al Kholiq Swt. bertolak dari kesadaran inilah, ibadah seorang hamba pada lefel ini menjadi berbeda dengan ibadah orang kebanyakan. Kebanyakan manusia beribadah bukan karena Allah SWT, tapi justru karena adanya target target hajat duniawi yang ingin mereka dapatkan, ada juga yang lebih baik sedikit niatnya, yaitu mereka yang mempunyai target hajat hajat ukhrawi (pahala akhirat) dengan kesenangan surgawi yang kekal.
Sedangkan golongan Muhaqqiqqiin tidak seperti itu, mereka beribadah dengan niat semata mata karena Allah SWT, sebagai hamba yang baik mereka senantiasa menservis majikan / tuannya dengan sepenuh hati dan kemampuan, tanpa ada harapan akan gaji / pahala. Yang terpenting baginya adalah ampunan dan keridhaan Tuhannya semata. Jadi tujuan mereka adalah Allah SWT bukan benda benda dunia termasuk surga sebagaimana tujuan ibadah orang kebanyakan tersebut diatas.
4. Ma’rifah
Adalah tujuan akhir seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. (salik) Yaitu masuknya seorang salik kedalam istana suci kerajaan Allah Swt. ( wusul ilallah Swt). sehingga dia benar benar mengetahui dengan pengetahuan langsung dari Allah SWT. baik tentang Tuhannya dengan segala keagungan Asma’Nya, Sifat sifat, Af’al serta DzatNya. Juga segala rahasia penciptaan mahluk diseantero jagad raya ini. Para ‘Arifiin ini tujuan dan cita cita ibadahnya jauh lebih tinggi lagi, Mereka bukan hanya ingin Allah SWT dengan Ampunan dan keridhaanNYa, tapi lebih jauh mereka menginginkan kedudukan yang terdekat dengan Al Khaliq, yaitu sebagai hamba hamba yang cinta dan dicintai oleh Allah SWT.
(syariah dan Thariqah) kita bisa mempelajari teori dan praktek secara langsung, baik melalui membaca kitab-kitab / buku-buku maupun melalui pelajaran-pelajaran (ta’lim) dan pendidikan (Tarbiyah) bagi ilmu Thariqah. Sedangkan Haqiqah dan ma’rifah pada prinsipnya tidak bisa dipelajarisebagai mana Syariah dan Thariqah karena sudah menyangkut Dzauqiyah.
Haqiqah dan ma’rifah lebih tepatnya merupakan buah / hasil dari perjuangan panjang seorang hamba yang dengan konsisten (istiqamah) mempelajari dan menggali kandungan syariah dan mengamalkanya dengan ikhlash semata mata karena ingin mendapatkan ridha dan ampunan serta cinta Allah SWT.
Perumpamaan yang agak dekat dengan masalah ini adalah : ibarat satu jenis makanan atau minuman ( misalnya nasi rawon ). Resep masakan nasi rawon yang menjelaskan bahan bahan dan cara membuat nasi rawon itu sama dengan Syariah. Bimbingan praktek memasak nasi rawon itu sama dengan Thariqah. Resep dan praktek masak nasi rawon ini bisa melalui buku dan mempraktekkan sendiri (ini thariqah ‘am ) sedangkan resep dan praktek serta bimbingan masak nasi rawon dengan cara kursus pada juru masak yang ahli (itu namanya Thariqah khusus). Makan nasi rawon dan menjelaskan rasa / enaknya ini sudah haqiqah dan tidak ada buku panduannya, demikian juga makan nasi rawon dan mengetahuisecara detail rasa, aroma, kelebihan dan kekurangannya itu namanya ma’rifah.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali

Kimia Kebahagiaan
Al-Ghazali

BAB 1: PENGETAHUAN TENTANG DIRI
Pengetahuan tentang diri adalah kunci pengetahuan tentang Tuhan, sesuai dengan Hadits: "Dia yang mentetahui dirinya sendiri, akan mengetahui Tuhan," dan sebagaimana yang tertulis di dalam al-Qur'an: "Akan Kami tunjukkan ayat-ayat kami di dunia ini dan di dalam diri mereka, agar kebenaran tampak bagi mereka." Nah, tidak ada yang lebih dekat kepada anda kecuali diri anda sendiri. Jika anda tidak mengetahui diri anda sendiri, bagaimana anda bisa mengetahui segala sesuatu yang lain. Jika anda berkata" "Saya mengetahui diri saya"- yang berarti bentuk luar anda; badan, muka dan anggota-anggota badan lainnya - pengetahuan seperti itu tidak akan pernah bisa menjadi kunci pengetahuan tentang Tuhan. Demikian pula halnya jika pengetahuan anda hanyalah sekedar bahwa kalau lapar anda makan, dan kalau marah anda menyerang seseorang; akankah anda dapatkan kemajuan-kemajuan lebih lanjut di dalam lintasan ini, mengingat bahwa dalam hal ini hewanlah kawan anda?
Pengetahuan tentang diri yang sebenarnya, ada dalam pengetahuan tentang hal-hal berikut ini:
Siapakah anda, dan dari mana anda datang? Kemana anda pergi, apa tujuan anda datang lalu tinggal sejenak di sini, serta di manakah kebahagiaan anda dan kesedihan anda yang sebenarnya berada? Sebagian sifat anda adalah sifat-sifat binatang, sebagian yan glain adalah sifat-sifat setan dan selebihnya sifat-sifat malaikat. Mestai anda temukan, mana di antara sifat-sifat ini yan gaksidental dan mana yan gesensial (pokok). Sebelum anda ketahui hal ini, tak akan bisa anda temukan letak kebahagiaan anda yang sebenarnya.
Pekerjaan hewan hanyalah makan, tidur dan berkelahi. Oleh karena itu, jika anda seekor hewan, sibukkan diri anda dengan pekerjaan-pekerjaan ini. Setan selalu sibuk mengobarkan kejahatan, akal bulus dan kebohongan. Jika anda termasuk dalam kelompok mereka, kerjakan pekerjaan mereka. Malaikat-malaikat selalu merenungkan keindahan Tuhan dan sama sekali bebas dari kualitas-kualitas hewan. Jika anda punya sifat-sifat malaikat, maka berjuanglah untuk mencapai sifat-sifat asal anda agar bisa anda kenali dan renungi Dia Yang Maha Tinggi, serta merdeka dari perbudakan nafsu dan amarah. Juga mesti anda temukan sebab-sebab anda diciptakan dengan kedua insting hewan ini: mestikah keduanya menundukkan dan memerangkap anda, ataukah anda yang mesti menundukkan mereka dan - dalam kemajuan anda - menjadikan salah satu di antaranya sebagai kuda tunggangan serta yang lainnya sebagai senjata.
Langkah pertama menuju pengetahuan tentang diri adalah menyadari bahwa anda terdiri dari bentuk luar yang disebut sebagai jasad, dan wujud dalam yang disebut sebagai hati atau ruh. Yang saya maksudkan dengan "hati" bukanlah sepotong daging yang terletak di bagian kiri badan, tetapi sesuatu yang menggunakan fakultas-fakultas lainnya sebagai alat dan pelayannya. Pada hakikatnya dia tidak termasuk dalam dunia kasat-mata, melainkan dunia maya; dia datang ke dunia ini sebagai pelancong yan gmengunjungi suatu negeri asing untuk keperluan perdagangan dan yang akhirnya akan kembali ke tanah asalnya. Pengetahuan tentang wujud dan sifat-sifatnya inilah yang merupakan kunci pengetahuan tentang Tuhan.
Beberapa gagasan tentang hakikat hati atau ruh bisa diperoleh seseorang yang mengatupkan matanya dan melupakan segala sesuatu di sekitarnya selain individualitasnya. Dengan demikian, ia juga akan memperoleh penglihatan sekilas akan sifat tak berujung dari individualitas itu. Meskipun demikian, pemeriksaan yang terlalu dekat kepada esensi ruh dilarang oleh syariat. Di dalam al-Qur'an tertulis: "Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakan: Ruh itu adalah urusan Tuhanku." (QS 17:85). Yang bisa diketahui adalah bahwa ia merupakan suatu esensi tak terpisahkan yang termasuk dalam dunia titah, dan bahwa ia tidak berasal dari sesuatu yang abadi, melainkan diciptakan. Pengetahuan filosofis yang tepat tentang ruh bukanlah merupakan pendahuluan yang perlu untuk perjalanan di atas lintasan agama, melainkan muncul lebih sebagai akibat disiplin-diri dan kesabaran berada di atas lintasan itu, sebagaimana dikatakan dalam al-Qur'an: "Siapa yang berjuang di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan padanya jalan yan glurus." (QS 29:69).
Untuk melanjutkan peperangan ruhaniah demi mendapatkan pengetahuan tentang diri dan tentang Tuhan, jasad bisa digambarkan sebagai suatu kerajaan, jiwa (ruh) sebagai rajanya serta berbagai indera dan fakultas lain sebagai tentaranya. Nalar bisa disebut sebagai wazir atau perdana menteri, nafsu sebagai pemungut pajak dan amarah sebagai petugas polisi. Dengan berpura-pura mengumpulkan pajak, nafsu terus-menerus cenderung untuk merampas demi kepentingannya sendiri, sementara amarah selalu cenderung kepada kekasaran dan kekerasan. Pemungut pajak dan petugas polisi keduanya harus selalu ditempatkan di bawah raja, tetapi tidak dibunuh atau diungguli, mengingat mereka memiliki fungsi-fungsi tersendiri yang harus dipenuhinya. Tapi jika nafsu dan amarah menguasai nalar, maka - tak bisa tidak - keruntuhan jiwa pasti terjadi. Jiwa yang membiarkan fakultas-fakultas yang lebih rendah untuk menguasai yang lebih tinggi ibarat seseorang yang menyerahkan seorang bidadari kepada kekuasaan seekor anjing, atau seorang muslim kepada tirani seorang kafir.
Penanaman kualitas-kualitas setan, hewan ataupun malaikat menghasilkan watak-watak yang sesuai dengan kualitas tersebut - yang di Hari Perhitungan akan diwujudkan dalam bentuk kasat-mata, seperti nafsu sebagai babi, ganas sebagai anjing dan serigala, serta suci sebagai malaikat. Tujuan disiplin moral adalah untuk memurnikan hati dari karat-nafsu dan amarah, sehingga bagaikan cermin yan gjernih, ia memantulkan cahaya Tuhan.
Barangkali di antara pembaca ada yang akan berkeberatan, "Tapi jika manusia telah diciptakan dengan kualitas-kualitas hewan, setan dan malaikat, bagaimana bisa kita ketahui bahwa kualitas malaikat merupakan esensinya yang sebenarnya, sementara kualitas hewan dan setan hanyalah aksidental dan peralihan belaka?" Atas pertanyaan ini, saya jawab bahwa esensi tiap makhluk adalah sesuatu yang tertinggi di dalam dirinya dan khas baginya. Kuda dan keledai kedua-duanya adalah hewan pengangkut beban, tetapi kuda lebih unggul dari keledai karena ia dimanfaatkan untuk perang. Jika gagal dalam hal ini, ia pun terpuruk ke tingkatan binatang pengangkut beban. Fakultas tertinggi di dalamnya adalah nalar yang menjadikannya bisa merenung tentang Tuhan. Jika fakultas ini dominan dalam dirinya, maka ketika mati dia tinggalkan di belakangnya segenap kecenderungan kepada nafsu dan amarah, sehingga memungkinkannya berkawan dengan para malaikat. Dalam hal pemilikan kualitas-kualitas hewan, manusia kalah dibanding banyak hewan, tetapi nalar membuatnya lebih unggul dari mereka, sebagaimana tertulis di dalam al-Qur'an: "Telah Kami tundukkan segala sesuatu di atas bumi untuk manusia" (QS 45:13). Tetapi jika kecenderungan-kecenderungannya yang lebih rendah yang menang, maka setelah kematiannya, dia akan selamanya menghadap ke bumi dan mendambakan kesenangan-kesenangan duniawi.
Selanjutnya, jiwa rasional di dalam manusia penuh dengan keajaiban-keajaiban pengetahuan maupun kekuatan. Dengan itu semua ia menguasai seni dan sains, ia bisa menempuh jarak dari bumi ke langit bolak-balik secepat kilat, dan mampu mengatur lelangit dan mengukur jarak antar bintang. Dengan itu juga ia bisa menangkap ikan dari lautan dan burung-burung dari udara, serta bisa menundukkan binatang-binatang seperti gajah, unta dan kuda.
Pancainderanya bagaikan lima pintu yang terbuka menghadap ke dunia luar. Tetapi ajaib dari semuanya ini, hatinya memiliki jendela yang terbuka ke arah dunia ruh yang tak kasat-mata. Dalam keadaan tertidur, ketika saluran inderanya tertutup, jendela ini terbuka dan ia menerima kesan-kesan dari dunia tak-kasat-mata; kadang-kadang bisa ia dapatkan isyarat tentang masa depan. Hatinya bagaikan sebuah cermin yang memantulkan segala sesuatu yang tergambar di dalam Lauhul-mahfuzh. Tapi, bahkan dalam keadaan tidur, pikiran-pikiran akan segala sesuatu yang bersifat keduniaan akan memburamkan cermin ini, sehingga kesan-kesan yang diterimanya tidak jelas. Meskipun demikian setelah mati pikiran-pikiran seperti itu sirna dan segala sesuatu tampak dalam hakikat-telanjangnya. Dan kata-kata di dalam al-Qur'an pun menyatakan: "Telah Kami angkat tirai darimu dan hari ini penglihatanmu amat tajam."
Membuka sebuah jendela di dalam hati yang mengarah kepada yan gtak-kasat-mata ini juga terjadi di dalam keadaan-keadaan yang mendekati ilham kenabian, yakni ketika intuisi timbul di dalam pikiran - tak terbawa lewat saluran-indera apa pun. Makin seseorang memurnikan dirinya dari syahwat-syahwat badani dan memusatkan pikirannya pada Tuhan, akan makin pekalah ia terhadap intuisi-intuisi seperti itu. Orang-orang yang tidak sadar akan hal ini tidak punya hak untuk menyangkal hakikatnya.
Intuisi-intuisi seperti itu tidak pula terbatas hanya pada tingkatan kenabian saja. Sebagaimana juga besi, dengan memolesnya secukupnya, ia akan bisa dijelmakan menjadi sebuah cermin. Jadi, dengan disiplin yang memadai, pikiran siapa pun bisa dijadikan mampu menerima kesan-kesan seperti itu. Kebenaran inilah yang diisyaratkan oleh Nabi ketika beliau berkata: "Setiap anak lahir dengan suatu fitrah (untuk menjadi muslim); orang tuanyalah yang kemudian membuatnya menjadi seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi." Setiap manusia, di kedalaman kesadarannya, mendengar pertanyaan "Bukankah Aku ini tuhanmu?" dan menjawab "Ya". Tetapi ada hati yang menyerupai cermin yang telah sedemikian dikotori oleh karat dan kotoran sehingga tidak lagi memberikan pantulan-pantulan yang jernih. Sementara hati para nabi dan wali, meskipun mereka juga mempunyai nafsu seperti kita, sangat peka terhadap segenap kesan-kesan ilahiah.
Bukan hanya dengan nalar pengetahuan capaian dan intuitif saja jiwa manusia bisa menempati tingkatan palin gutama di antara makhluk-makhluk lain, tetapi juga dengan nalar kekuatan. Sebagaimana malaikat-malaikat berkuasa atas kekuatan-kekuatan alam, demikian jugalah jiwa mengatur anggota-anggota badan. Jiwa yang telah mencapai suatu tingkatan kekuatan khusus, tidak saja mengatur jasadnya sendiri, melainkan juga jasad orang lain. Jika mereka ingin agar seseorang yang sakit bisa sembuh, maka si sakit pun akan sembuh, atau menginginkan seseorang yang sehat agar jatuh sakit, maka sakitlah orang itu, atau jika ia inginkan kehadiran seseorang, maka datanglah orang itu kepadanya. Sesuai dengan baik-buruknya akibat yang ditimbulkan oleh jiwa yang sangat kuat ini, hal tersebut diistilahkan sebagai mukjizat dan sihir. Jiwa ini berbeda dari orang biasa dalam tiga hal:
1. Yang hanya dilihat oleh orang-orang lain sebagai mimpi, mereka lihat pada saat-saat jaga.
2. Sementara kehendak orang lain hanya mempengaruhi jasad mereka saja, jiwa ini, dengan kekuatan kehendaknya, bisa pula menggerakan jasad-jasad di luar mereka.
3. Pengetahuan yang oleh orang lain diperoleh dengan belajar secara sungguh-sungguh, sampai kepada mereka lewat intuisi.
Tentunya bukan hanya tiga tanda ini sajalah yang membedakan mereka dari orang-orang biasa, tetapi hanya ketiganya itulah yang bisa kita ketahui. Sebagaimana halnya, tidak ada sesuatu pun yang mengetahui sifat-sifat Tuhan yang sebenarnya, kecuali Tuhan sendiri, maka tak ada seorang pun yang mengetahui sifat sebenarnya seorang Nabi, kecuali seorang Nabi. Hal ini tak perlu kita herankan, sama halnya dengan di dalam peristiwa sehari-hari kita melihat kemustahilan untuk menerangkan keindahan puisi pada seseorang yan gtelinganya kebal terhadap irama, atau menjelaskan keindahan warna kepada seseorang yang sama sekali buta. Di samping ketidakmampuan, ada juga hambatan-hambatan lain di dalam pencapaian kebenaran ruhaniah. Salah satu di antaranya adalah pengetahuan yang dicapai secara eksternal. Sebagai misal, hati bisa digambarkan sebagai sumur dan pancaindera sebagai lima aliran yang dengan terus-menerus membawa air ke dalamnya. Agar bisa menemukan kandungan hati yang sebenarnya, maka aliran-aliran ini mesti dihentikan untuk sesaat dengan cara apa pun dan sampah yang dibawa bersamanya mesti dibersihkan dari sumur itu. Dengan kata lain, jika kita ingin sampai kepada kebenaran ruhani yang murni, pada saat itu mesti kita buang pengetahuan yang telah dicapai dengan proses-proses eksternal dan yang sering sekali mengeras menjadi prasangka dogmatis.
Kesalahan dari jenis lain, berlawanan dengan itu, dibuat oleh orang-orang yang dangkal yang - dengan menggemakan beberapa ungkapan yang mereka tangkap dari guru-guru Sufi - ke sana ke mari menyebarkan kutukan terhadap semua pengetahuan. Ia bagaikan seseorang yang tidak capak di bidang kimia menyebarkan ucapan: "Kimia lebih baik dari emas," dan menolak emas ketika ditawarkan kepadanya. Kimia memang lebih baik dari emas, tapi para ahli kimia sejati amatlah langka, demikian pula Sufi-sufi sejati. Seseorang yang hanya memiliki pengetahuan yang dangkal tentang tasawuf, tidak lebih unggul daripada seorang yang terpelajar. Demikian pula seseorang yang baru mencoba beberapa percobaan kimia, tidak punya alasan untuk merendahkan seorang kaya.
Setiap orang yang mengkaji persoalan ini akan melihat bahwa kebahagiaan memang terkaitkan dengan pengetahuan tentang Tuhan. Tiap fakultas dalam diri kita senang dengan segala sesuatu yang untuknya ia diciptakan. Syahwat senang memuasi nafsu, kemarahan senang membalas dendam, mata senang melihat obyek-obyek yang indah, dan telinga senang mendengar suara-suara yang selaras. Fungsi tertinggi jiwa manusia adalah pencerapan kebenaran, karena itu dalam mencerap kebenaran tersebut ia mendapatkan kesenangan tersendiri. Bahkan soal-soal remeh, seperti mempelajari catur, juga mengandung kebaikan. Dan makin tinggi materi subyek pengetahuan didapatnya, makin besarlah kesenangannya. Seseorang akan senang jika dipercayai untuk jabatan Perdana Menteri, tetapi betapa lebih senangnya ia jika sang raja sedemikian akrab dengannya sehingga membukakan soal-soal rahasia baginya.
Seorang ahli astronomi yang dengan pengetahuannya bisa memetakan bintang-bintang dan menguraikan lintasan-lintasannya, mereguk lebih banyak kenikmatan dari pengetahuannya dibanding seorang pemain catur. Setelah mengetahui bahwa tak ada sesuatu yang lebih tinggi dari Allah, maka betapa akan besarnya kebahagiaan yang memancar dari pengetahuan sejati tentang-Nya itu!
Orang yang telah kehilangan keinginan akan pengetahuan seperti ini adalah bagaikan seorang yang telah kehilangan seleranya terhadap makanan sehat, atau yang untuk hidupnya lebih menyukai makan lempung daripada roti. Semua nafsu badani musnah pada saat kematian bersamaan dengan kematian organ-organ yang biasa diperalat nafsu-nafsu tersebut. Tetapi jiwa tidak. Ia simpan segala pengetahuan tentang Tuhan yang dimilikinya, malah menambahnya.
Suatu bagian penting dari pengetahuan kita tentang Tuhan timbul dari kajian dan renungan atas jasad kita sendiri yang menampakkan pada kita kebijaksanaan, kekuasaan, serta cinta Sang Pencipta. Dengan kekuasan-Nya, Ia bangun kerangka tubuh manusia yang luar biasa dari hanya suatu tetesan belaka. Kebijakan-Nya terungkapkan di dalam kerumitan jasad kita serta kemampuan bagian-bagiannya untuk saling berkesinambungan.
BACA SELENGKAPNYA »»  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...